Selasa, 12 Mei 2015

Kenshusei di Jepang Calon Investor Muda di Tanah Air

Saat ini lebih dari 3.000 anak muda Indonesia bekerja di Jepang. Mereka ini adalah sumber daya manusia (SDM) Indonesia terlatih (skill). Makanya mereka enggan disebut TKI. Sebutan khusus bagi mereka adalah Kenshusei . Rata-rata mereka kontrak kerja di jepang selama 3 tahun. Sebagian di antaranya bekerja di perusahaan otomotif, seperti Yamaha, Honda, dan anak perusahaannya. Setiap awal hingga pertengahan tahun, silih berganti para Kenshusei habis masa kontraknya dan kembali ke Indonesia.
Ritual anak bangsa ini mendapat perhatian dari Gatoet Gembiro Noegroho SE MM. Bapak asal Solo ini menjabat Regional Head Bank Nasional Indonesia (BNI) 46, Tokyo Branch. “Kami ingin Kenshusei ini ketika kembali ke Indonesia tidak lagi mencari kerja dan menjadi karyawan, tapi seharusnya mereka menjadi pengusaha (enterpreneur) dan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain,” ungkap Gatoet.
Maka BNI 46 Tokyo menggandeng Keihin Network Solution (KNS), sebuah event organizer di Tokyo. KNS ini dimiliki oleh Mahmudi, mantan Kenshusei Indonesia yang jadi enterpreneur, menikah dengan gadis Jepang dan menetap di Tokyo. Kolaborasi BNI 46 Tokyo dan KNS menggelar acara pertemuan para kenshusei dengan punggawa Business Opportunity (BO) dari Indonesia. Nama acaranya Gathering dan Business Matching “Kewirausahaan dan Solusi”, yang berlangsung di Sekolah Republik Indonesia Tokyo, (16/12).
F-16 Indonesian Workshop Association (F-16 IWA) adalah satu-satunya peluang usaha bisnis motor dan otomotif yang diundang BNI 46 ke Tokyo. Menurut para petinggi BNI 46 di Jakarta, F-16 IWA punya keunikan dan konsep bisnis yang berbeda dengan peluang bisnis motor yang lain. F-16 IWA tidak sekedar menawarkan usaha jasa servis motor saja, tapi konsep utamanya adalah Lifestyle, Fashion, Boutique, Modification dan terakhir Service.
 “Presentasi memperkenalkan bisnis bengkel motor di Indonesia kan sudah biasa. Tapi presentasi di Jepang, tentu pengalaman luar biasa,” tandas Willy Dreeskandar, pendiri F-16 IWA. Sebelum mendirikan peluang usaha bisnis bengkel F-16, Willy sebelumnya dikenal sebagai jurnalis.
Acara ini mendapat dukungan penuh dari kantor pusat BNI 46 di Jakarta. Saat pertemuan awal dengan para franchisor, General Manager Commercial & Small Enterprise BNI 46, Drs. Arfansyah Siregar MM, mengatakan, “Kami mendukung program pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja. Maka kami ajak franchisor F-16 IWA ke Jepang untuk memperkenalkan bisnis bengkel kepada Kenshusei.”
Lebih jauh, Arfansyah menjelaskan, “Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 sekitar 6,8 hingga 7,2 %, di antaranya adalah belanja kebutuhan rumah tangga sebesar 2,6-2,9 %. Dan kebutuhan rumah tangga ini termasuk pembelian motor. Jadi peluang usaha bisnis motor salah satu yang menjanjikan.”
Sementara Ronny Venir, Vice President Commercial & Small Management BNI 46 Jakarta yang ikut mendampingi ke Jepang, berujar, “Ini acara pertama dan kami berharap acara bagus seperti ini dibikin kontinyu.”
Saat di Tokyo, udara dingin mencapai suhu 3 oC. Namun acara di aula Sekolah Republik Indonesia Tokyo berlangsung hangat, santai dan penuh keakraban. Di awal presentasinya, Willy dari F-16 menyampaikan berita segar dari Tanah Air, sekaligus memberi motivasi kepada para kenshusei tentang bisnis motor di Indonesia. “Pada November 2012 lalu, berlangsung rapat besar Komite Ekonomi Nasional (KEN) yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ada beberapa catatan yang menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 dianggap paling stabil dan luar biasa, karena di Eropa dan Amerika justru melemah. Indonesia akan menjadi negara maju dengan ekonomi terkuat pada sekitar 2025. Bagusnya lagi, pertumbuhan ekonomi ini didukung bisnis motor dan variasi, serta dilakukan oleh para kawula muda.”
Dalam presentasinya, selain memperkenalkan peluang usaha bengkel motor, Willy juga memperkenalkan kursus mekanik F-16 Mechanic & Modification Training Center yang baru. Kursus mekanik ini memiliki beberapa kekhasan dan diferensiasi yang tidak dimiliki kursus mekanik lain di Indonesia.
Wakil dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Jepang di Tokyo, Idhi Maryono, Kepala Bidang Protokol dan Konsuler, dalam kata sambutannya berujar, “Tugas kami adalah memberikan pelayangan dan perlindungan warga negara Indonesia di Jepang. Maka kami murni untuk membantu para kenshusei. Kami mendukung BNI 46. Harapan kami, selalu ada acara pertemuan produktif antara Kenshusei dan franchise dari Indonesia.”
Sementara dari Bank Indonesia di Tokyo, Ibu Deti H. Agustono, ikut memotivasi dan berpesan kepada para calon investor muda kenshusei. “Memulai usaha, apapun jenis usahanya, pasti tidak langsung mulus. Maka cari kelebihan dan kesukaan kita, pahami kemampuan diri. Kita harus punya semangat, mimpi besar dan pikiran positif. Niscaya berhasil.”
Mahmudi dari KNS pun ikut menegaskan. “Standar negara maju, jumlah enterpreneurnya 2 % dari jumlah penduduk. Indonesia baru 0,8 %. Singapura malah sudah lebih dari 2 %.”
Tahun pertama para Kenshusei bekerja di Jepang, pendapatannya belum penuh karena masih ada potongan. Misalnya untuk biaya transportasi, administrasi dantraining skill. Tapi di tahun kedua dan ketiga, mereka mendapat gaji full. Tantangan utama di sana, “Tergoda beli gadget seken, memang murah sih,” kata Ronny Venir. “Harus bisa berhemat dan berpikir masa depan. Saat ini rekornya, ada kenshusei yang bawa uang pulang ke Indonesia sebanyak Rp 850 juta.”
Ayo Kenshusei Indonesia! Menjadi pengusaha dan menciptakan lapangan kerja. !

Tidak ada komentar: